ArtikelTerbaru penelitian kuantitatif - Penelitian merupakan suatu usaha untuk menemukan menguji dan mengembangkan sebuah kebenaran pada ilmu pengetahuan. Populasi penelitian adalah guru-guru SMP yang telah mengikuti dan dinyatakan lulus pada program sertifikasi tahun 2007 dan 2008.
Secara umum, metode penelitian merupakan langkah ilmiah untuk memperoleh data yang bertujuan serta memiliki fungsi ilmiah itu harus didasari dengan adanya sebuah ilmu pengetahuan untuk sebuah tujuan serta fungsi banyak sekali cara peneliti agar meraih kesimpulan pada sebuah fenomena penelitian. Ada yang menyajikannya dengan menggunakan data angka, atau mengutip teori hingga hal tersebut merupakan macam – macam cara kerja peneliti yang disebut sebagai metode Metode Penelitiana. Secara Umumb. Menurut Para AhliTujuan Metode Penelitiana. Tujuan Secara Umumb. Tujuan Secara Teoritis Basic Researchc. Tujuan Secara Praktis Applied ResearchPenelitian Menurut FungsinyaJenis – Jenis Metode PenelitianContoh Pemilihan Metodea. Secara UmumMetode penelitian merupakan suatu langkah yang dikerjakan oleh peneliti dalam rangka untuk mengumpulkan informasi maupun data sekaligus melakukan investigasi terhadap data yang sudah ini akan memberikan gambaran terkait rancangan penelitian yang mencangkup Prosedur & tahapan yang harus ditempuh, sumber data, waktu penelitian, serta menggunakan langkah apa data itu dapat diperoleh serta kemudian diolah dan Menurut Para Ahli1. Nasir“Cara utama yang dipakai peneliti guna mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas masalah yang diajukan”.2. Winarno” Sebuah kegiatan ilmiah yang dikerjakan dengan menggunakan teknik yang teliti dan sistematik”.3. Muhiddin Sirat“Sebuah langkah memilih masalah dan penentuan judul penelitian”.4. Sugiyono“Langkah ilmiah untuk memperoleh data dengan tujuan dan fungsi tertentu”.Tujuan Metode PenelitianTujuan metode penelitian dibagi menjadi tiga bagian yang berbeda, diantaranya ialah sebagai berikuta. Tujuan Secara UmumBerikut tujuan dari metode penelitian secara umumUntuk mendapatkan pengetahuan atau suatu penemuan menguji atau membuktikan kebenaran dari pengetahuan yang telah mengembangkan pengetahuan yang telah Tujuan Secara Teoritis Basic ResearchTujuan penelitian secara teoritis yakni upaya yang dikerjakan guna mengetahui sebuah yang didapatkan dari jenis penelitian satu ini tidak bisa digunakan secara langsung / secara Tujuan Secara Praktis Applied ResearchTujuan penelitian praktis adalah mencari dan menemukan pengetahuan yang bisa digunakan secara langsung pada penuturan para ahli, adapun beberapa tujuan penelitian praktis yang lain, diantaranya seperti1. Tujuan EksploratifTujuan eksploratif yakni aktivitas penelitian yang dikerjakan bertujuan untuk menemukan pengetahuan baru yang sebelumnya belum menemukan teori baru jika ekstrak mangga bisa menurunkan kadar kolesterol, yang mana sebelumnya belum ada teori penelitian yang menyatakan hal Tujuan VerifikatifTujuan verifikatif adalah aktivitas penelitian yang dikerjakan dengan tujuan guna membuktikan atau menguji kebenaran dari pengetahuan yang sudah ada yang membuktikan apakah benar mentimun bisa menurunkan tekanan darah manusia, yang mana sebelumnya sudah ada teori dari penelitian yang menyebutkan hal Tujuan PengembanganTujuan pengembangan merupakan aktivitas penelitian yang dikerjakan dengan tujuan untuk menggali atau mengembangkan penelitian yang telah ada tentang mentimun yang bisa menurunkan tekanan darah tinggi. Teori itu sudah ada. Tetapi disini peneliti mengembangkan kembali penelitian itu dengan tujuan untuk menilai seberapa besar / efektifkah mentimun itu bisa menurunkan tekanan darah manusia dalam segi Menurut FungsinyaBerikut adalah beberapa jenis penelitian menurut kegunaan atau fungsinya, antara lain1. Penelitian Aksi / Action ResearchPenelitian aksi memiliki tujuan guna menyelesaikan masalah dengan cara mengerjakan serangkaian tindakan yang tindakan yang sudah lewat telaah teoritis sebelumnya secara nyata agar segera memperoleh solusi yang terbaik dalam masalah penelitian Penelitian EvaluasiPenelitian seperti ini memiliki tujuan untuk memberikan penilaian terhadap program tertentu, kegiatan dan kebijakan yang ditujukan guna mengintervensi Penelitian KebijakanPenelitian kebijakan merupakan suatu penelitian yang memiliki tujuan guna menentukan sebuah kebijakan berdasarkan data serta fakta yang terdapat di dari penelitian satu ini berwujud peraturan, surat keputusan, undang-undang, serta semua hal yang berkaitan atau mempunyai kekuatan Penelitian Murni / Penelitian DasarPenelitian murni memiliki tujuan guna mengembangkan teori serta tidak memperhatikan manfaat yang langsung bersifat penuturan dari Jujun S. Suriasumantri 1985, ia menyebutkan jika penelitian murni ini bertujuan untuk menemukan pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah Penelitian TerapanMenurut penuturan dari Jujun S. Suriasumantri 1985, ia menyebutkan jika penelitian terapan merupakan penelitian yang bertujuan guna memecahkan beragam masalah kehidupan terapan lebih bersifat praktis serta aplikatif sebab penelitian seperti ini bermula dari suatu permasalahan yang riil serta bukan permasalahan yang sifatnya Metode IlmiahJenis – Jenis Metode PenelitianMetode penelitian menurut sifat-sifat masalahnya terdiri sebagai berikut 1. Metode DeskriptifMetode satu ini berusaha untuk menggambarkan subjek atau objek secara apa adanya, dengan bertujuan menggambarkan secara fakta serta karakteristik objek yang diteliti secara deskriptif memerlukan tindakan yang teliti dalam setiap komponen penelitiannya supaya bisa menggambarkan subjek / objek yang diteliti mendekati Metode HistorisMetode historis membuat rekonstruksi pada kejadian masa lampau secara sistematis serta ini memberikan gambaran tentang kejadian masa lalu lalu dipakai untuk menjadi proses pembelajaran untuk masyarakat Metode PerkembanganMetode perkembangan memiliki tujuan untuk menyelidiki berbagai pola pertumbuhan atau perubahan pada Metode KorelasionalMetode ini memiliki tujuan dalam mengkaji tingkat keterkaitan antara variasi sebuah faktor dengan variasi faktor lain yang didasari koefisien Metode KasusMetode kasus bertujuan guna mempelajari secara komprehensif serta intensif mengenai kondisi sekarang dan interaksi lingkungan sebuah objek Metode EksperimentalMetode eksperimental memiliki tujuan guna menyelidiki adanya kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara mengerjakan kontrol atau Metode TindakanMetode tindakan bertujuan guna mengembangkan keterampilan baru / pendekatan baru serta diterapkan secara langsung dan dikaji Metode Kausal komparatifMetode satu ini berfungsi untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat, dikerjakan dengan pengamatan pada data dari faktor yang diduga telah menjadi penyebab sebagai berdasarkan dengan pendekatan penelitian, teknik dan proses analisis data, maka metode penelitian terbagi lagi menjadi dua, yaitu kuantitatif dan kualitatif, yaitu9. Metode KualitatifMetode penelitian kualitatif memiliki fokus ke dalam pemahaman pada fenomena sosial yang berlangsung di satu ini memakai perspektif dari partisipan sebagai gambaran di dalam mendapatkan hasil penelitian. Contoh dari penelitian kualitatif yaitu Metode naratif, grounded, fenomenologi, etnografi, serta studi Metode KuantitatifMetode kuantitatif bersifat sistematis serta memakai model – model yang sifatnya kuantitatif bisa bersifat korelasi, deskriptif, serta asosiatif berdasarkan dengan hubungan kuantitatif deskriptif pada umumnya hanya mengukur tingkat sebuah variabel dalam populasi atau sampel. Sedangkan korelasi & asosiatif melihat hubungan antara dua variabel atau kuantitatif korelasi hanya menunjukkan suatu hubungan, asosiatif berupaya dalam mencari hubungan sebab-akibat antara variabel – variabel Pemilihan MetodeJudul Dampak Bencana Banjir pada Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat di Kecamatan Batu Benawa Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan SelatanOleh Rosalina Kumalawati, Reni Yunida, Deasy Arisanty Pendidikan Geografi, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, JPG Jurnal Pendidikan GeografiMetode PenelitianMetode yang dipakai pada penelitian kali ini yaitu deskriptif penelitian kuantitatif bisa dijabarkan sebagai suatu metode penelitian yang didasarkan dengan filsafat positivisme, dipakai untuk meneliti dalam populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel yang pada umumnya dikerjakan secara random, pengumpulan data memakai instrument penelitian, analisis data yang sifatnya kuantitatif atau statistik dengan tujuan guna menguji hipotesis yang sudah ditetapkan Sugiyono, 2010.Sampel bentuk pengambilannya pada penelitian ini yaitu bentuk proporsional sampling, dengan menggunakan teknik Snowball yang didapatkan secara langsung dari informan lewat informan dalam penelitian kali ini memakai teknik snowball sampling dipilih supaya dapat memudahkan peneliti untuk menentukan sampel. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama – lama akan menjadi penentuan sampel, pertama – tama dipilih satu hingga dua orang, namun sebab dengan dua orang ini belum merasa lengkap pada data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain lagi yang dinilai lebih tahu serta bisa melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. Begitu juga seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin penelitian ini mengambil 364 kepala keluarga dari semua populasi yang berjumlah 1673 kepala keluarga di daerah bencana banjir di Kecamatan Batu Benawa, Kabupaten Hulu Sungai dalam Tabel Isaac serta Micheal dalam Sugiyono, sebab pada Tabel Isaac serta Micheal tidak ada yang berjumlah 1673 kepala keluarga maka diambil jumlah yang mendekati yakni 1700 kepala keluarga sehingga diperoleh 364 kepala keluarga dengan taraf kesalahan 5% atau dengan tingkat kepercayaan 95% seluruh kepala keluarga di 4 Desa di Kecamatan Batu Benawa.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), verifikasi adalah pemeriksaan tentang kebenaran terhadap laporan, pernyataan, perhitungan uang, dan sebagainya.Istilah verifikasi familier dan sering digunakan di beberapa bidang mulai dari lingkup akademik hingga penggunaan media sosial. Secara sederhana, verifikasi merupakan sebuah tahapan untuk memastikan bahwa data yang diinput adalah

Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free KEBENARAN ILMIAH MENURUT PERSPEKTIF FILSAFAT ILMU Saifullah* Abstract The philosophy of science is the science that studies ontology, epistemology and axiology. This article offers a descriptive analytical discussion on scientific truth in accordance with the philosophy of science. Truth constitutes the core and the essense of a philosophical inquiry. Since philosophy is to discover and comprehend the truth, a seeker of the truth will therefore find something which is coherent and correspond to facts. The philosophy of science as the basis in seeking the meaning of scientific truth is increasingly important, since science should be functioning through its complicated objects of inquiry which are also related to human behaviors. Further, science should be committed to its human values orientation. It is in this direction that the philosophy of science concerns itself. Key words science, the philosophy and the truth Pendahuluan Gerak laju perjalanan manusia dalam mencapai kepuasan yang “sempurna” cukup panjang, pelik, dan berliku-liku. Adapun kepuasan itu sendiri adalah sangat relatif. Puas bagi seseorang belum tentu puas bagi orang lain. Hal itu disebabkan oleh karena kepuasan dapat ditinjau dari berbagai sudut, yaitu dapat ditinjau dari sudut kebendaan dan dari sudut non kebendaan. Sedangkan perbedaannya ada pada cara memperoleh pemenuhan kepuasan itu. Ada cara pemenuhan kepuasan yang objektif dan adapula cara yang subjektif, cara yang objektif dipakai dalam ilmu dan dinamakan dengan cara kerja ilmiah. Artinya, cara kerja yang dilakukan dengan menggunakan kemampuan berpikir, baik berpikir secara teoritis, mendalam, dan luas, maupun dengan penelitian yang terencana dan terarah. Meskipun manusia belum dapat menjamah keseluruhan persoalan hidup dengan cara kerja ilmiah, usaha dengan cara kerja ilmiah itu sudah membawa perkembangan dan kemajuan yang pesat bagi ilmu dan teknologi dewasa Pada dasarnya terjadinya perkembangan ilmu dan teknologi dengan pesat itu dikarenakan oleh hasrat/rasa ingin tahu curiosity yang dimiliki oleh manusia dan dapat dinyatakan sebagai “modal” nya yang sangat berharga. Betapa tidak, dapat pula dibayangkan “bagaimana jadinya” bila manusia tidak memiliki rasa ingin tahu, ia akan statis, jumud dan tidak akan dapat berkembang sebagai manusia normal. Dalam kehidupannya dapat dikatakan manusia penuh dengan “pergumulan” antara munculnya pertanyaan dan pencarian jawaban atas pertanyaannya itu, betapapun sederhana bentuk dan kualitas pertanyaan itu. Sehingga secara filosofis para filsuf menyebut manusia sebagai makhluk tukang tanya2 dan itulah bedanya antara – menurut mereka – manusia dengan yang bukan manusia. Hasrat ingin tahu itu, memungkinkan manusia untuk mempergunakan indera dan kemampuan berpikirnya bagi kepentingan mengenal dan memahami segala sesuatu yang “ada” dan “yang mungkin ada” dilingkungan sekitarnaya. Persentuhan indera manusia dengan alam akan menghasilkan pengetahuan-pengalaman. Pengalaman-pengalaman khusus dan dialami oleh banyak manusia sebagai pengalaman yang sama menjadi pengalaman yang ______________ * Saifullah lahir di desa Leupe Lamno menamatkan S-1di Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry, S-2 diselesaikan di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta jurusan Pemikiran Pendidikan Islam dan sekarang sebagai Dosen di Fakultas Tarbiyah IAIN Banda Aceh 1 Tim Pengembangan Filsafat Ilmu IKIP Semarang, Filsafat Ilmu, Semarang IKIP Semarang Press, 1990, p. 1 2 Berling, Filsafat Dewasa Ini, alih bahasa Hasan Amin Jakarta tp., 1996, p. 9 bersifat umum dan akan berlaku umum pula. Pengalaman umum tersebut tidak hanya bersifat Secara historis dalam analisis Auguste Comte - menurut Koento Wibisono Siswomiharjo – umat manusia, jiwanya baik secara individual maupun keseluruhan berkembang menurut hukum tiga tahap, yaitu tahap teologi/fiktif, tahap metafisis/abstrak dan tahap posotif atau Oleh karena itu, dalam versi Auguste Comte, pada masyarakat yang sudah maju seperti sekarang ini, sesuatu jawaban/statemen ataupun informasi itu disebut benar sebagai kenyataan ilmiah, apabila ia dapat digolongkan positif dalam arti bermuatan filsafat, sebagaimana yang jelas, pasti, kongkrit, akurat dan Nampaknya Auguste comte sangat menyakini kerangka kebenaran dengan hukum tiga tahapnya itu, dimana ia kemudian dikenal sebagai bapak aliran filsafat positivisme. Untuk memahami, mengolah, dan menghayati dunia beserta isinya, manusia menggunakan beberapa pendekatan. Pendekatan-pendekatan tersebut adalah filsafat, ilmu pengetahuan, seni dan agama. Filsafat adalah berusaha untuk memahami atau mengerti dunia dalam hal makna dan nilai-nilainya. Artinya, filsafat sangat luas dan mencakup secara keseluruhan sejauh dapat dijangkau oleh pikiran Sedangkan filsafat ilmu ialah menyelidiki tentang pengetahuan ilmiah dan cara-cara untuk Pengetahuan yang memuaskan, pada gilirannya akan menjadi pengalaman yang benar, yang kemudian disebut dengan istilah Selanjutnya, untuk lebih jelas pembahasan yang terkandung dalam tulisan ini, maka penulis akan menjelaskan dalam bagian-bagian berikut ini, dimana tulisan ini terdiri dari 4 bagian. Bagian Pertama, “Pendahuluan”. Bagian Kedua, “Tentang Pengertian Filsafat Ilmu yang Pembahasannya terdiri dari a tentang pengertian filsafat ilmu, b tentang asal filsafat, c tentang hubungan ilmu dengan filsafat ilmu. Bagian Ketiga, “Kebenaran Ilmiah dalam Ilmu” yang pembahasannya terdiri dari a tentang arti kebenaran, b tentang teori-teori kebenaran, c tentang ilmu pengetahuan, dan d tentang peran dan fungsi filsafat ilmu dalam mencari arti dan makna kebenaran ilmiah, dan terakhir Bagian Keempat, yaitu kesimpulan. Pengertian Filsafat Ilmu dan Relevansinya Pembicaraan pada bagian ini berkisar pada pengertian filsafat ilmu dan relevansinya, diantaranya; tentang pengertian filsafat ilmu, tentang asal filsafat, yaitu; tentang keheranan, kesangsian serta kesadaran dan keterbatasan dan diakhir dengan hubungan filsafat ilmu dan ilmu. A. Pengertian Filsafat Ilmu Apabila kita berbicara mengenai filsafat ilmu, maka tidak terlepas dari dua kata, yaitu filsafat dan ilmu, rangkaian kata seperti itu dalam bahasa „Arab disebut dengan tarkib idlaf, ______________ 3 Tim Pengembangan Filsafat Ilmu IKIP Semarang, Filsafat ...., p. 1-2 4 Koento Wibisono Siswomiharjo, Arti perkembangan Menurut Filsafat Positivisme Auguste Comte, Yogyakarta Gadjah Mada University Press, 1996, p. 10-21 5 Koento, Arti perkembangan.... 6Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM, Filsafat Ilmu, Yogyakarta Liberty Yogyakarta, 1996, p. 1 7 Beerling, Kwee, Mooij, Van Peursen. Inleidingfor de Wetenscbapsleer, alih bahasa Soejono Soemargono dengan Judul “Pengantar Filsafat Ilmu”, Yogyakarta Tiara Wacana, 1990, p. 1 8 Tim Pengembangan Filsafat Ilmu IKIP Semarang, Filsafat ...., p. 2 dalam bahasa Indonesia disebut dengan kata majemuk. Apakah filsafat itu?, menjawab pertanyaan seperti itu tidak semudah yang diduga, karena filsafat bukanlah sesuatu yang dapat memberikan gambaran yang jelas dan utuh serta memuaskan adalah suatu hal yang sangat Namun sesulit apapun untuk menjelaskan arti filsafat harus dibuat suatu definisi sebagai pegangan. Definisi tentang filsafat yang dikemukan oleh para ahli sangat banyak, diantaranya oleh Plato yang mengatakan filsafat itu tidak lain adalah pengetahuan tentang segala yang ada. Sedang Al-Farabi menyatakan bahwa filsafat ialah ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakekat yang Kata filsafat berasal dari bahasa „Arab falsafah, sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal dengan Philosophy, kesemuanya berasal dari bahasaYunani Philosophia terdiri dari kata phitein yang berarti cinta dan sophia yang berarti kebijaksanaan. Secara etimologi filsafat berarti cinta kebijaksanaan dalam arti yang Kata filsafat pertama sekali digunakan oleh Pythagoras 582-496 SM, kemudian diperjelas oleh para kaum sophist dan juga oleh Socrates 470-399 SM. Pendapat lain menyebutkan bahwa filsafat secara harfiah mengandung arti kegandruang mencari hikmah kebenaran dan arif, kebijaksanaan dalam hidup dan Dalam bahasa „Arab kata “ilmu” berasal dari kata “alima”, sering disebut ilmu pengetahuan atau singkatannya “ilmu”. Diantara sekian banyak definisi mengenai ilmu, adalah merupakan pengetahuan yang benar dengan memperhatikan batasan obyek, metoda beserta nilai kegunaannya. Paul Freedman menjelaskan bahwa ilmu adalah suatu bentuk aktivitas manusia yang melalui pelaksanaannya ummat manusia memperoleh suatu pengetahuan dan pemahaman tentang alam yang senantiasa lebih cermat dan lebih meningkat, pada suatu kemampuan yang meningkat untuk menyesuaikan diri sendiri terhadapnya dan mengubah lingkungannya dan mengubah ciri-cirinya Jadi, filsafat ilmu adalah merupakan pendalaman dari filsafat pengetahuan. Kemudian secara etimologi dikenal sebagai Philosophy of Science, Wissen Schaft Lebre dan Westen Shaps Secara terminology filsafat ilmu adalah refleksi filsafati yang tidak pernah mengalami titik henti dalam meneliti hakekat ilmu untuk menuju pada sasarannya, yaitu apa yang disebut sebagai kenyataan dan kebenaran, sasaran yang memang tidak pernah akan habis dipikirkan dan tidak akan selesai Dari definisi di atas, maka menjadi jelaslah bahwa sasaran filsafat ilmu adalah hakekat ilmu pengetahuan dan selalu mempertanyakan mengenai ontologi, epistemologi dan aksiologi. Maka Will Durant mengibaratkan filsafat sebagai pasukan marinir yang merebut pantai. Setelah pantai berhasil direbut, pasukan infanteri baru dapat mendarat. Yang diibaratkan sebagai pasukan infanteri adalah berbagai pengetahuan, diantaranya adalah ilmu. Dengan kias tersebut, maka jelaslah bahwa filsafatlah yang “memenangkan” tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan. Sesudah mendapatkan tempat berpijak, maka ilmulah yang berperan “membelah gunung” dan “merabas hutan”. Setelah sasaran dicapai, maka „pergilah” filsafat ______________ 9Mas Soebagio, Dasar-Dasar Filsafat, Yogyakarta Liberty, 1985, p. 5 10Endang Saifuddin Anshari, P. 83 11Lasiyo dan Yuwono, P. 1 12Ibid. 13Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM, P. 103-104, 14 Koento Wibisono, Filsafat Ilmu dalam Islam, dalam Chabib Thaha, “Reformasi Filsafat Pendidikan Islam”, Semarang Pustaka Pelajar, 1996, P. 11 15 Koento Wibisono, Beberapa Hal Tentang Filsafat Ilmu, Sebuah Sketsa Umum Sebagai Pengantar Untuk Memahami Hakekat Ilmu dan Kemungkinan pemahaman-nya, Pidato Ilmiah, Yogyakarta, IKIP PGRI, 1988 atau marinir itu dengan menyerahkan segala sesuatunya kepada ilmu untuk meneruskan Dari penjelasan di atas, maka filsafat ilmu dapat juga diartikan dalam dua pengertian, yaitu dalam arti luas dan dalam arti sempit. Dalam arti luas, filsafat ilmu adalah menampung permasalahan yang menyangkut hubungan-hubungan keluar dari kegiatan ilmiah seperti implikasi-implikasi ontologik metafisik dari citra dunia yang bersifat ilmiah, tata susila yang menjadi pegangan penyelenggaraan ilmu. Konsekuensi-konsekuensi pragmatic-etik pengembangan ilmu dan sebagainya. Sedangkan dalam arti sempit, filsafat ilmu adalah menampung permasalahan yang bersangkutan dengan hubungan-hubungan kedalam yang terdapat didalam ilmu, yaitu menyangkut mengenai sifat pengetahuan ilmiah dan cara-cara mengusahakan serta mencapai pengetahuan B. Asal-Usul Filsafat Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu18 1. Keheranan 2. Kesangsian 3. Kesadaran dan keterbatasan 1. Keheranan, rasa heran merupakan asal dari filsafat, kata sebagian filosof, Plato mengatakan bahwa mata kita mengamati bintang-bintang, matahari dan langit. Pengamatan ini member dorongan untuk menyelidiki, dan penyelidikan ini berasal dari filsafat. Begitu juga pada kuburan Immanuel Kant 1724-1804 tertulis Coelum stellatum supra me, lex moralis intra me, dua gejala yang paling mengherankan Immanuel Kant, adalah langit berbintang-bintang di atasnya dan hukum moral dalam 2. Kesangsian, merupakan sumber utama bagi pemikiran manusia. Bila manusia mengetahui sesuatu yang baru, maka ia akan heran lalu merasa ragu-ragu, sebagaimana dikatakan Agustinus 354-430 dan Rene Descartes 1596-1650. Bahkan Rene Descartes mengucapkan Cogito ergo sum, artinya saya berpikir, maka saya ada. Jika saya sangsikan, saya menyadari bahwa saya sangsikan. Kesangsian secara langsung menyatakan adanya saya. Dalam filsafat modern, Cogito sering digunakan dalam arti 3. Kesadaran dan keterbatasan, manusia merasa bahwa ia sangat terbatas dan terikat, terutama pada saat ia mengalami penderitaan atau kegagalan. Dengan kesadaran akan keterbatasan dirinya, manusia mulai berfilsafat, ia mulai memikirkan bahwa diluar manusia yang terbatas, pasti ada sesuatu yang tidak C. Hubungan Ilmu dengan Filsafat Ilmu Van Melsen menjelaskan mengenai ciri-ciri atau yang menjadi tanda bagi suatu ilmu ada Sembilan ciri,22 yaitu Pertama, ilmu pengetahuan secara metodis harus mencapai suatu keseluruhan yang secara logis koheren. Kedua, harus tanpa pamrih, sangat erat kaitannya dengan tanggung jawab. Ketiga, ilmu pengetahuan harus universal. Universalitas tersebut bias mencakup seluruh dunia atau terbatas menurut tempat. Yang penting universalitas itu harus ada supaya ia menjadi penting secara historis. Keempat, cirri universalitas tadi erat ______________ 16Tim Pengembangan Filsafat IKIP Semarang, P. 11-12. 17Beerling P. 3-4 18Lasiyo dan Yuwono, P. 1 19Harry Hamersma, Pintu Masuk Ke Dunia Filsafat, Yogyakarta Kanisius,1981, P. 11 20K. Berlen, Ringkasan Sejarah Filsafat, Yogyakarta Kanisius, 1979, P. 45 21Lasiyo dan Yuwono, P. 3 Van Melsen, P. 65-67 kaitannya dengan cirri obyektivitas bagi suatu ilmu, yaitu terpimpin oleh objek dan tidak didistorsi oleh hal-hal yang subjektif. Kelima, ilmu itu harus memenuhi tuntutan intersubjectivitas, untuk lebih menjamin keobjektivannya. Sehingga juga dapat diverifikasi oleh semua peneliti ilmiah yang sejenis. Keenam, harus dapat dikomunikasikan, artinya harus terbuka bagi siapa saja yang berkemauan untuk menguasainya. Ketujuh, progresivitas, ciri ini seirama dengan tuntutan modernitas, yaitu suatu pengetahuan harus progresif dalam arti luas selalu mengandung pertanyaan dan mendorong muncul problem “baru”. Kedelapan, harus ada sikap kritis dalam setiap sikap ilmiah. Kesembilan, ciri modern lainnya dari ilmu pengetahuan adalah harus dapat digunakan, yang merupakan pengembangan dari sifat verifikasi eksperimental. Sedangkan Archie J. Bahm – sebagaimana yang telah dijelaskan di atas menjelaskan bahwa ilmu sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan, sedikitnya melibatkan enam jenis komponen, yaitu Permasalahan, sikap, metode,aktivitas, kesimpulan dan Rumusan dan syarat-syarat yang diajukan oleh Archie J. Bahm telah terpenuhi bahkan telah melampaui syarat-syarat tersebut, yaitu menyangkut obyek, tempat, waktu, kegunaan dan tujuan, maka ilmu menampakkan sosoknya sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat ilmiah. Sedemikian rupa sehingga mempunyai landasan ontologi yang membicarakan hakekat ilmu dan kebenaran yang dikandungannya, epistemologi yang membicarakan cara, sarana dan sumber yang dipergunakan dan aksiologi yang membicarakan standar nilai normatif dalam kehidupan. Hubungan ilmu pengetahuan dengan filsafat ilmu diciptakan oleh tiga landasan bagi eksistensi ilmu yang telah disebutkan di atas. Dengan tiga landasan tersebut ilmu dapat diperoleh secara logis dan memenuhi standar metodologi dengan berpijak pada akar pemikiran keilmuan. Tiga penyanggah itu sangat penting arti dan maknanya dalam pembangunan dan pengembangan ilmu yang tertanggung jawab secara moral dimasa yang akan datang. Filsafat ilmu memberikan landasan yang kuat terhadap ilmu dan ilmu telah mengaplikasakan filsafat ilmu yang bersifat universal melalui sarana dan metode yang ada. Disamping itu filsafat ilmu membangun teori ilmu agar selalu berjalan sesuai dengan tuntutan kompleksitas kebutuhan manusia. Dengan pendekatan seperti itu akan lebih menampakkan peran dan hubungan timbal balik antara filsafat ilmu dengan ilmu. Kebenaran Ilmiah dalam Ilmu Dalam bab ini akan dibicarakan tentang kebenaran dan yang berkaitan dengannya, melalui empat tahapan yaitu Pembicaraan tentang Arti kebenaran, teori-teori kebenaran, tentang ilmu pengetahuan, dan kemudian diakhiri dengan pembicaraan mengenai peran dan fungsi filsafat ilmu dalam mencari arti dan makna kebenaran ilmiah. A. Arti Kebenaran Term “Kebenaran” dapat digunakan sebagai suatu kata benda yang konkret maupun abstrak. 24 Dalam bahasa Inggris “Kebenaran” disebut “truth”, Anglo-Saxon “Treowth” kesetiaan. Istilah latin “varitas”, dan Yunani “eletheid”, dipandang sebagai lawan kata ______________ 23 Ardi J. Bahm, P. 1 24 Abbas Hamami, dalam Tim Dosen Filsafat Ilmu Fak. Filsafat UGM, P. 112 “kesalahan”, “kesesatan”, “kepalsuan”, dan kadang juga “opini”.25 Dalam bahasa „Arab “Kebenaran” disebut “al-haq” yang diartikan dengan “naqid al-batil”.26 Sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia kata “Kebenaran”, menunjukkan kepada keadaan yang cocok dengan keadaan yang sesungguhnya, sesuatu yang sungguh-sungguh Menurut „Abbas Hamami, jika subyek hendak menuturkan kebenaran artinya adalah proposisi yang benar. Proposisi maksudnya adalah makna yang dikandung dalam suatu pernyataan atau statement. Dan, jika subyek menyatakan kebenaran bahwa proposisi yang diuji itu pasti memiliki kualitas, sifat atau karakteristik, hubungan dan nilai. Hal yang demikian itu karena kebenaran tidak dapat begitu saja terlepas dari kualitas, sifat, hubungan dan nilai itu Dengan adanya berbagai macam katagori sebagaimana tersebut di atas, maka tidaklah berlebihan jika pada saatnya setiap subjektif yang memiliki pengetahuan akan memiliki persepsi dan pengertian yang amat berbeda satu dengan yang lainnya. Selanjutnya, setelah melalui pembicaraan tentang berbagai “model” kerangka kebenaran, Harold H. Tutis sampai kepada kesimpulan yang terjemahannya kurang lebih sebagai berikut “Kebenaran” adalah kesetiaan putusan-putusan dan ide-ide kita pada fakta pengalaman atau pada alam sebagaimana apa adanya akan tetapi sementara kita tidak senantiasa dapat membandingkan putusan kita itu dengan situasi aktual, maka ujilah putusan kita itu dengan putusan-putusan lain yang kita percaya sah dan benar, atau kita ujilah putusan-putusan itu dengan kegunaannya dan dengan akibat-akibat Tidak jauh berbeda dengan apa yang telah disimpulkan oleh Titus di atas mengenai arti “kebenaran”. Patrick juga mencoba menawarkan alternatif sikap terhadap atau mengenai “kebenaran” itu dengan menyatakan, yang terjemahnya kurang lebih sebagai berikut Agaknya pandangan yang terbaik mengenai ini kebenaran adalah bahwa kebenaran itu merupakan kesetiaan kepada kenyataan. Namun sementara dalam beberapa kasus kita tidak dapat membandingkan idea-idea dan putusan-putusan kita dengan kenyataan, maka yang terbaik yang dapat kita lakukan adalah melihat jika idea-idea dan putusan-putusan itu konsisten dengan idea-idea dan putusan-putusan lain, maka kita dapat menerimanya sebagai FH. Bradly penganut faham idealisme mengatakan bahwa kebenaran ialah kenyataan. Karena kebenaran ialah makna yang merupakan halnya, dan karena kenyataan ialah juga merupakan ______________ 25 Lorens Bagus, Kamus Filsafat, Jakarta Gramedia, 1996, P. 412 26 Naqied al-Bathil berarti lawan dari yang batal rusak, sesat, salah. Untuk lebih jelasnya pemahaman arti kebenaran dalam Bahasa Arab tersebut dapat dilihat pada Ibnu Manzhur, Lisan al-Arab, 15 Jilid, Beirut Daar Shaadir, 1412/1992, Jilid 10, P. 49-58 27 Tim Penyusun Kamus PPPB, Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1994, P. 114 28 Tim Dosen Filsafat Ilmu Fak. Filsafat UGM, P. 112 29 Harold H. Titus, Living Issue in Philosophy Introductory Text Book, New York D. Van Nostrand Company 1959, P. 70 30 Patrick, Introduction to philosophy, London tp., 1958, P. 375 31 Louis O. Kattsoff. Element of Phylosophy, alih bahasa Soejono Soemargono dengan judul “Pengantar Filsafat”, Yogyakarta Tiara Wacana, 1996, P. 17 Setelah membicarakan pengertian kebenaran dari beberapa ahli di atas, maka kebenaran itu juga tidak terlepas dari 3 tiga hal Pertama, kebenaran berkaitan dengan kualitas pengetahuan. Maksudnya ialah bahwa setiap pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang yang mengetahui sesuatu objek ditilik dari jenis pengetahuan yang dibangun. Maksudnya pengetahuan itu dapat berupa32 a. Pengetahuan biasa atau biasa disebut juga dengan Knowledge of the man in the Street or ordinary knowledge or common sense knowledge. Pengetahuan seperti ini memiliki inti kebenaran yang sifatnya subjektif, yaitu amat terikat pada subyek yang mengenal. Dengan demikian, pengetahuan tahap pertama ini memiliki sifat selalu benar, sejauh sarana untuk memperoleh pengetahuan bersifat normal atau tidak ada penyimpangan. b. Pengetahuan ilmiah, yakni pengetahuan yang telah menetapkan objek yang khas dengan menerapkan metodologis yang khas pula, yaitu metodologi yang telah mendapatkan kesepakatan di antara para ahli yang sejenis. Kebenaran yang terkandung dalam pengetahuan ilmiah bersifat relatif, maksudnya, kandungan kebenaran dari jenis pengetahuan ilmiah selalu mendapatkan revisi yaitu selalu diperkaya oleh hasil penemuan yang paling mutakhir. Dengan demikian kebenaran dalam pengetahuan ilmiah selalu mengalami pembaharuan sesuai dengan hasil penelitian yang paling akhir dan mendapatkan persetujuan dan agreement dari para ilmuan sejenis. c. Pengetahuan filsafati, yakni jenis pengetahuan yang pendekatannya melalui metodologi pemikiran filsafati, yang sifatnya mendasar dan menyentuh, yaitu dengan model pemikiran analitis, kritis, dan spekulatif. Sifat kebenaran yang terkandung di dalam pengetahuan model ini adalah absolut-intersubjektif. Artinya, nilai kebenaran yang terkandung didalamnya selalu merupakan pendapat yang selalu melekat pada pandangan filsafat dari seseorang pemikir filsafat itu serta selalu mendapat kebenaran dari filsuf yang menggunakan metodologi pemikiran yang sama pula. Jika pendapat filsafat itu didekati dengan pendekatan filsafat yang lain, maka dapat dipastikan hasilnya akan berbeda pula bahkan bertentangan atau menghilangkan sama sekali, seperti filsafat matematika atau geometridari Phytagoras sampai sekarang ini masih tetap seperti waktu Phytagoras pertama sekali memunculkan pendapat tersebut, yaitu pada abad ke-6 sebelum Masehi. d. Kebenaran jenis pengetahuan keempat yaitu Pengetahuan Agama. Pengetahuan jenis ini memiliki sifat dogmatis, yakni pernyataan dalam suatu agama selalu dihampiri oleh keyakinan yang telah ditentukan, sehingga pernyataan-pernyataan dalam ayat-ayat kitab suci agama memiliki nilai kebenaran sesuai dengan keyakinan yang digunakan untuk memahaminya itu. Implikasi makna dari kandungan kitab suci itu dapat berkembang secara dinamik sesuai dengan perkembangan zaman, akan tetapi kandungan maksud dari kitab suci itu tidak dapat dirubah dan sifatnya absolut. Kedua, kebenaran yang dikaitkan dengan sifat/karakteristik dari bagaimana cara atau dengan alat apakah seseorang membangun pengetahuan itu. Apakah ia membangunnya dengan cara penginderaan atau sense experience, ratio, intuisi atau keyakinan. Implikasi dari penggunaan alat untuk memperoleh pengetahuan melalui alat tertentu akan mengakibatkan ______________ 32 Tim Dosen Filsafat Ilmu Fak. Filsafat UGM, P. 113-114 karakteristik kebenaran yang dikandung oleh pengetahuan itu, akan memiliki cara tertentu untuk membuktikannya, artinya jika seseorang membangunnya melalui indera atau sense experience, maka pada saat itu ia membuktikan kebenaran pengetahuan itu harus melalui indera pula. Demikian juga dengan cara yang lain, seseorang tidak dapat membuktikan kandungan kebenaran yang dibangun oleh cara intuitif, kemudian dibuktikannya dengan cara lain yaitu cara inderawi misalnya. Jenis pengetahuan menurut kriteria karakteristiknya dapat dibedakan dalam jenis pengetahuan 1 inderawi; 2 pengetahuan akal budi; 3 pengetahuan intuitif; 4 pengetahuan kepercayaan atau otoritatif; dan pengetahuan-pengetahuan yang lainnya. Implikasi nilai kebenarannya juga sesuai dengan jenis pengetahuan itu. Ketiga, kebenaran pengetahuan yang dikaitkan atas ketergantungan terjadinya pengetahuan itu. Artinya bagaimana relasi antara subjek dan objek, manakah yang lebih dominan untuk membangun pengetahuan itu. Jika subjek yang lebih berperan, maka jenis pengetahuan itu mengandung nilai kebenaran yang sifatnya subjektif, artinya nilai kebenaran dari pengetahuan yang dikandungannya itu amat tergantung pada subjek yang memiliki pengetahuan itu. Atau, jika; jika objek amat berperan, maka sifatnya objektif, seperti pengetahuan tentang alam atau ilmu-ilmu alam. B. Teori-Teori Kebenaran Berbagai cara telah ditempuh oelh para pemikir untuk sampai pada rumusan tentang kebenaran yang dipaparkan sebelum ini. Cara-cara yang telah ditempuh tersebut kini telah merupakan atau muncul dalam berbagai bentuk teori tentang kebenaran, yang oleh Kattsoff disebut “ukuran kebenaran”, Teori atau ukuran kebenaran yang disebut Kattsoff adalah, Koherensi Coherence Theory, paham Korespondensi Correspondence Theory, Paham Empiris dan Pragmatis. Sementara Abbas Hamami menyebut tujuh teori yakni teori kebenaran korespondensi, koherensi, pragmatis, sintaksis, semantis, non-deskripsi dan teori kebenaran logis yang Untuk membicarakan mengenai analisis masalah dalam penjelasan ini, hanya akan dibicarakan tiga teori saja, yaitu Teori kebenaran Koherensi, Korespondensi, dan Teori Pragmatis. 1. Teori Koherensi Coherence Theory Kata “koherensi” coherence. Inggris = sticking together, consistent especially of speech, thought, reasoning, clear, easy to understand; Latin cohaerere = melekat, tetap menyatu, bersatu.34 Koherensi berarti hubungan yang terjadi karena adanya gagasan prinsip, relasi, aturan, konsep yang Teori ini banyak dianut oleh penganut idealisme, seperti FH. Bradly 1846-1924 The Coherence Theory of Truh yang sering pula dinamakan The Consistence Theory of ______________ 33 Lihat Kattsoff, hal. 180-187; dan Hamami, dalam Tim Dosen Filsafat Ilmu Fak. Filsafat UGM, P. 115 34 Peter L. Angles, A Dictionary of Philosophy, London Harper & Row Publishers, 1981, hal. 40; lihat juga Lorenz Bagus , P. 470 35 Ibid 36 Endang Saifuddin Anshari, Ilmu Filsafat dan Agama, Surabaya PT. Bina Ilmu, 1987, hal. 23 Secara singkat paham ini mengatakan bahwa suatu proposisi cenderung benar jika proposisi tersebut dalam keadaan saling berhubungan dengan proposisi-proposisi yang benar atau jika makna yang dikandunganya dalam keadaan saling berhubungan dengan pengalaman Suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap Teori koherensi ini juga termasuk dalam katagori “Veritas de raison” yaitu, kebenaran-kebenaran yang masuk akal39 dan juga melahirkan berpikir deduksi yang sangat diperlukan untuk matematika. Alam pikiran teori ini terpadu secara utuh/koheren, baik argumentasinya maupun kaitannya dengan pengeahuan-pengetahuan sebelumnya yang dianggap Teori ini dikenal juga sebagai teori justifikasi, karena dukungan dari keputusan-keputusan yang terdahulu yang sudah diakui dan diterima kebenarannya. Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, teori ini banyak dianut atau berakar pada pola filsafat idealisme yaitu Idealisme Plato yang mendewakan dunia ide. Baginya Plato yang nyata itu adalah ide dan ide ini abadi. Dengan demikian, dunia dan seluruh isinya berupa perwujudan dari ide tersebut dan sifatnya berubah-ubah, yaitu tidak abadi, seperti; “kucing” yang sebenarnya diciptakan oleh Tuhan berarti kucing yang ideal, unik dan merupakan “ kucing” yang sebenarnya. Kucing-kucing partikular yang kita lihat di sekitar kita adalah hanya perwujudan Jadi teori ini memberikan ukuran kebenaran pernyataan pada adanya hubungan antara pernyataan itu dengan pernyataan yang lain atau pengalaman sebelumnya yang diakui kebenarannya. Jika ada hubungan berarti benar, jika tidak berarti tdak benar. Kebenaran terletak pada hubungan antara pernyataan dan pengalaman. Semakin banyak hubungannya, semakin tinggi derajat kebenaran itu. 2. Teori Korespondensi Correspondence Theory White dalam bukunya42 menyebut teori ini sebagai teori yang paling tua tradisional. Sebutan yang sama juga diberikan oleh Hornie43 yang mengatakan “The Theory of Correspondence is an old one”. Teori ini eksponen utamanya adalah Bertrand Russell 1872-1970.44 Inti ajarannya tentang kebenaran adalah bahwa suatu pernyataan itu benar jika makna yang dikandungnya sungguh-sungguh merupakan halnya, dinamakan “paham korespondensi” kebenaran atau keadaan benar berupa kesesuaian correspondence antara ______________ 37 Kattsoff, P. 180-181 38 Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer, Jakarta Sinar Harapan, 1993, P. 55 39 Langevald, Op Weg Noor Weijsgering Denban , alih bahasa Claessen, “Menuju ke Pemikiran Filsafat”, Jakarta Pembangunan , P. 35 40 Jujun S. Suriasumantri, Mencari Alternatif Pengetahuan Baru, dalam; Saifuddin, “Desekularisasi Pemikiran Landasan Islamisasi”, Bandung Mizan, 1991, P. 16 41 Bertrand Russel, Sejarah Filsafat Barat, bagian II, alih bahasa Wajiz Anwar, , bagian II, alih bahasa Wajiz Anwar, Yogyakarta Yayasan al-Jami‟ah, 1968, P. 70 42 R. Allan White, Truth; Problem in Philosophy, New York Doubledaly & Company, 1970, yang juga dikutip oleh Tim Dosen Filsafat Ilmu Fak. Filsafat UGM, 43 Tim Dosen Filsafat Ilmu Fak. Filsafat UGM, Ibid., hal. 116; Teks aslinya dapat dibaca pada Hornie, Studies in Philosophy, London George Allen & Unwin Ltd., 1952 44 Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer, P. 57 makna yang dimaksudkan oleh suatu pernyataan dengan apa yang sesungguhnya merupakan halnya, atau apa yang merupakan Teori kebenaran ini termasuk dalam katagori “veritas desfait” yaitu kebenaran-kebenaran berdasarkan Teori ini melahirkan cara berpikir induksiyang tampak dalam statistika. Kebenaran dalam paham ini terletak pada kesesuaian hubungan antara pernyataan dengan obyek yang bersifat faktual. Paham ini banyak dianut oleh penganut realisme dan metarialisme dan berkembang pada abad ke-19 di bawah pengaruh Heggel,47 dan sangat menghargai pengamatan empirik serta memuji cara kerja aposteriori. Titik tolaknya pada dua realitas – sebagaiman yang telah disebutkan di atas – yaitu Pernyataan dan Kenyataan. Sebenarnya unsur-unsurnya sudah ada sejak Heraklitus. Kemudian diteruskan oleh Aristoteles, juga tampak dalam pandangan Thomas Aquinas dan didukung oleh para filsuf Inggris sejak abad pertengahan sama masa Penganut realisme membawa ukuran kebenaran dari dunia ide ke dunia empiris dan kenyataan kebenaran berada pada alam realitas obyektif. Rasionalisme dipergunakan dalam rangka empirisme atau rasionalisme dilihat dalam rangka 3. Teori Pragmatisme Pragmatic Theory Paham pragmatik sesungguhnya merupakan pandangan filsafat kontemporer yang berkembang pada akhir abad ke-19. Dalam pandangan The Pragmatic Theory of Truth, menurut Patrick adalah seperti dinyatakannya sebagai berikut Teori, hipotesa atau idea adalah benar apabila ia membawa kepada akibat yang memuaskan, apabila ia berlaku dalam praktik, apabila ia mempunyai nilai praktis. Kebenaran terbukti oleh kegunaannya, oleh hasilnya, oleh akibat-akibat praktisnya. Jadi kebenaran ialah apa saja yang Teori ini dicetuskan oleh Charles S. Peire 1839-1914 dan kemudian dikembangkan oleh ahli filsafat, diantaranya William James 1842-1910, John Dewey 1859-1952, George Herbert Mead 1863-1931 dan Term, Pragmatisme berasal bahsa Yunani, Pragma artinya yang dikerjakan, yang dilakukan, perbuatan dan Sebenarnya ajaran pragmatisme berbeda-beda caranya sesuai dengan konsekuensi-konsekuensi yang ditekankan. Namun semua penganut pragmatisme meletakkan ukuran kebenaran dalam salah satu macam Kebenaran menurut teori ini adalah suatu pernyataan yang diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Yaitu, suatu ______________ 45 Kattsoff, P. 184 46 Hardono Hadi, Epistemologi Filsafat Pengetahuan, Yogyakarta Kanisius, 1997, P. 35 47 Endang Saifuddin Anshari, P. 24 48 C. Verhaak dan Haryono Iman, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Telaah Atas Cara Kerja Ilmu-ilmu, Jakarta Gramedia, 1989, P. 122-123 49 Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 2, Yogyakarta Kanisius, 1995, P. 32 50 Kattsoff, P. 187 51 Jujun S. Suriasumantri, P. 57 52 Endang Saifuddin Anshari, P. 26 53 Kattsoff, P. 187 pernyataan adalah benar, jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan dalam kehidupan Kebenaran tidak diukur dengan adanya hubungan atau kesesuaian antara pernyataan dengan lainnya. Kebenaran berada pada fungsi dan kegunaan. Benar sesuatu itu jika berfungsi dan berguna, tidak benar jika tidak berfungsi dan tidak berguna. Ketiga teori tentang kebenaran koherensi, korespondensi dan pragmatis inilah yang nampaknya dianggap paling banyak berpengaruh dalam perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan pada umumnya, dalam kerangka menegakkan kebenaran yang memiliki bobot ilmiah. Suatu kebenaran dipandang sebagai berbobot ilmiah bila ia memiliki sifat obyektif, yaitu bahwa kebenaran suatu teori harus dipandang oleh fakta-fakta yang berupa kenyataan dalam keadaan objektifnya, yakni kebenaran yang benar-benar lepas dari keinginan subjek. C. Ilmu Pengetahuan “Ilmu Pengetahuan” menurut patrick, adalah lukisan atau keterangan yang lengkap dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sesederhana mungkin atau sesedikit Menurut Chalmers, adalah pengetahuan yang telah dibuktikan kebenarannya. Teori-teori ilmiah ditarik dengan cara yang ketat dari fakta-fakta pengalaman yang diperoleh lewat observasi dan experimen. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang dapat dipercaya, karena ia telah dibuktikan kebenarannya secara objektif, ilmu pengetahuan adalah struktur yang dibangun di atas Menurut Archie J. Bahm, Pengetahuan disebut ilmiah bila memenuhi enam komponen yaitu problem, attitude, methode, activity, conclution, dan Sedangkan Poejawijatna, menyebutkan bahwa pengetahuan itu disebut ilmiah, maka ia haruslah berobjektivitas, bermetode, universal dan Ada sekian banyak metode sumber/teori dalam membicarakan tentang ilmu pengetahuan, yakni dengan banyaknya aliran-aliran Filsafat seperti Rasionalisme, Empirisme, Kriticisme, Pragmatisme, Idealisme, positivisme. Fenomenalisme, Intuisionisme, dan ada bagi yang lainnya yang berkembang sekarang ini, maka yang penulis uraikan dalam makalah ini hanya beberapa aliran, diantaranya 1. Idealisme, suatu aliran yang memandang bahwa semua yang ada dan seluruh kenyataan itu bergantung kepada kesadaran dan kemampuan manusia untuk mengenal dan mengetahui sesuatu. Benda-benda yang ada itu hakikatnya berhubungan dengan pengertian, dan hakikat benda tersebut adalah Tokohnya adalah Plato 427-347 SM. Nilai-nilai spiritual merupakan dasar dunia ini secara keseluruhan. Dalam ______________ 54 Jujun S. Suriasumantri, P. 59 55 Lihat Patrick, P. 20 56 Chalmers, What is this thing Called Sciented, Australia University of Queenslan Press, 1982, P. 1 57 Archie J. Bahm, “What is Science?” dalam bukunya, Axiology The Science of Value, New Mexico World Book, Al-Bequerque, 1980,14-49 atau Reprented, P. 1-36 58 Van Melsen, Wetenschap en I eranwoordelijkheid, alih bahasa K. Bertens dengan judul “ Ilmu Pengetahuan dan tanggung jawab kita” Jakarta Gramedia 1992, P. 65-67 59 Lasiyo dan Yuwono, Pengantar Ilmu Filsafat, Yogyakarta Liberty, 1985, P. 35 epistemologi aliran ini berpendapat bahwa ide-ide adalah faktor yang hakiki didalam pengetahuan. Aliran ini idealisme sering dilawankan dengan Naturalisme yang memandang bahwa pikir dan nilai-nilai spiritual itu dapat dijelaskan atau dikembalikan pada hal-hal dan proses-proses yang bersifat materi. 2. Rasionalisme, mengatakan bahwa akal pikiran merupakan dasar untuk mengetahui sesuatu, bahkan akal pikiran itu merupakan petunjuk bagi manusia untuk dapat sampai kepada realitas yang sebenarnya dari kebaikan etis. Dalam arti yang sempit aliran ini menganggap teori ilmu pengetahuan hanya bersandarkan akal/rasio untuk membentuk pengetahuan itu. Dalam hal ilmu, ia berpandangan mustahillah membentuk ilmu hanya berdasarkan kepada fakta, data empiris atau Tokoh yang terkenal dari aliran ini adalah Piere Descartes 1596-1650.61 Menurut Rane Descartes, budi atau rasiolah yang menjadi sumber dan pangkal segala pengertian, budilah yang memegang pimpinan dalam segala pengertian. Itulah sebabnya, maka aliran ini disebut dengan Rasionalisme. Kedaulatan Rasio diakui sepenuhnya, bahkan dilebih-lebihkan oleh Descartes dengan mengabaikan nilai pengetahuan indera, yang menurut dia kerap kali menyesatkan 3. Positivisme, suatu pandangan yang menekankan pernyataan yang positif dari pada pernyataan negatif. Positivisme lebih cenderung untuk menyamakan pengetahuan itu dengan bahan-bahan ilmu pengetahuan alam, filsafat adalah epistemologi dan Tokohnya adalah August Comte 1798-1857. Pengertian “positif” oleh August Comte – menurut Koento Wibisono – dipergunakan untuk menunjukkan ciri khas dan metode yang sesuai dengan kekhasan itu, yang berbeda dengan pandangan filsafat lama yang bercorak teologis dan metafisik. Bagi August Comte “positif” adalah “nyata”, “bermanfaat”, “pasti”, “jelas” atau “tepat” dan selalu nenuju penataan dan Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap aliran yang bersifat idealis yang menganggap penting hubungan hukum dengan moral. Dalam aliran ini justru menganggap bahwa kedua hal tersebut merupakan dua hal yang harus Secara metodologis; dalam penggalangan ilmu pengetahuan yang didasarkan atas gejala-gejala yang paling sederhana, umum atau abstrak, menuju ketingkat gejala-gejala yang semakin jelas, khusus dan kongkrit yang dihadapi oleh masing-masing ilmu, August Comte menggunakan metode pangamatan, percobaan dan perbandingan, kecuali dalam menghadapi gejala-gejala dalam fisika sosial, yang tahap perkembangannya masih belum sampai pada tingkatan yang positif, August Comte menambahkan metode ______________ 60 Van Peursen, De Opbouw van de Wetenschab, alih bahasa J. Drost dengan judul “susunan Ilmu Pengetahuan”, Jakarta Gramedia, 1993, P. 79-80 61 Lasiyo dan Yuwono, P. 34 62 Poedjawijatno, Pembimbing ke Arah Filsafat, Jakarta Pembangunan, 1980, P. 94 63 Lasiyo dan Yuwono, P. 34 64 Koento Wibisono, P. 37-38 65 Soejono Soekanto, dalam Lili Rosyidi, Dasar-Dasr Filsafat Hukum, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1993, P. 42 66 Koento Wibisono, P. 39 4. Empirisme, aliran ini dimotori oleh Francis Bacon di Inggris, baginya pengetahuan yang “benar” adalah pengetahuan yang menghasilkan sesuatu yang mencari keuntungan, yang memperbesar kemampuan dan kekuasaan manusia. Dari opini tersebut, ia dikenal sebagai yang bersemboyan “Knowledge is Power” yaitu pengetahuan adalah Sedangkan John Look, salah satu tokoh lain dari empirisme berpandangan bahwa pada waktu manusia dilahirkan akalnya merupakan semacam buku catatan yang kosong atau disebut dengan “Tabula Rasa” artinya meja lilin putih dan didalam buku catatan tersebut dicatat pengalaman-pengalaman inderawi. Dari sudut epistemologi – dalam pandangan empiris – pengalaman kadang-kadang menunjukan hanya pada hasil 5. Metarialisme, menitik beratkan pada materi, sedangkan ide atau roh menduduki urutan kedua atau bahkan tidak mempunyai peran sama sekali. Tokohnya adalah La Mattrie 1709-1751. Dalam aspek metafisika aliran ini berpendapat bahwa materi atau benda itu adalah substansi dari realitas, sedangkan dalam bidang etika lebih mengutamakan kesejahteraan jasmani dari pada kesejahteraan 6. Pragmatisme, menekankan pada praktek, dalam mengadakan pembuktian kebenaran dari suatu hal itu dapat dilihat dari tindakannya yang praktis atau dari segi kegunaan. Menurut aliran ini berpikir itu mengabdi pada tindakan, dan tugas pikir untuk bertindak. Hal ini mengakibatkan bahwa tindakan-tindakan itu menjadi kriteria berpikir dan kegunaan. Dengan kata lain hasil dari tindakan itu menjadi suatu 7. Intuisionisme, batas-batas pengetahuan ditentukan oleh jenis-jenis alat yang kita gunakan untuk memperoleh pengetahuan. Dalam hal ini, Kattsoff mengandaikan dua ungkapan, yaitu “Pengetahuan mengenal” knowledge about dan “pengetahuan tentang” knowledge of “pengetahauan tentang” dinamakan pengetahuan diskursif atau pengetahuan simbolis dan pengetahuan ini ada perantaranya. “Pengetahuan tentang” disebut pengetahuan yang langsung atau pengetahuan intuitif, dan pengetahuan tersebut diperoleh secara langsung. Henry Bergson, seorang filosof Prancis modern, berpegang pada pendapat tersebut. Pengetahuan diskursif diperoleh melalui penggunaan simbol-simbol yang mencoba mengatakan pada kita mengenai sesuatu dengan jalan berlaku sebagai terjemahan bagi sesuatu Salah satu di antara unsur-unsur yang berharga dalam intuisionisme Bergson adalah paham ini memungkinkan adanya suatu bentuk pengalaman di samping pengalaman yang dihayati oleh indera, sedemikian rupa sehingga data yang dihasilkannya dapat merupakan bahan tambahan bagi pengetahuan di samping pengetahuan yang dihasilkan oleh penginderaan. ______________ 67 Christ Verhaak, “Francis Bacon Perintis Filsafat Ilmu Pengetahuan” dalam Tim Redaksi Driyakarya, Hakekat Pengetahuan dan Cara Karja Ilmu-ilmu, Jakarta Gramedia, 1993, 13-20, P. 15 68 Kattsoff, P. 137-139 69 Lasiyo dan Yuwono, P. 35 70 Ibid 71 Kattsoff, P. 145 8. Realisme, suatu aliran filsafat yang menyatakan bahwa berpikir itu berkaitan dengan yang tampak, dan realitas itu tidak tergantung pada segala Obyek material yang berada dan nampak dari luar lepas dari pengetahuan kita, benda-benda tersebut berada dengan sendirinya, lepas dari pengalaman indera manusia, yaitu benda tersebut diketahui atau tidak oleh manusia, tetap ada. Tokohnya adalah Bertrand Russell 1872-1970. 9. Eksistensialisme, suatu pandangan yang menekankan bahwa diri sendiri merupakan realitas yang absolut. Sifat-sifat umum bagi penganut aliran ini adalah73 a. Orang menyuguhkan dirinya existere dalam kesungguhan tertentu. b. Orang harus berhubungan dengan dunia. c. Orang merupakan kesatuan sebelum ada perpisahan, antara jiwa dan badan. d. Orang berhubungan dengan ada. D. Peran dan Fungsi Filsafat Ilmu dalam Mencari Arti dan Makna Kebenaran Ilmiah Filsafat ilmu – sebagaimana dijelaskan dimuka – adalah sebagai refleksi yang tidak pernah mengalami titik henti dalam meneliti hakekat ilmu untuk menuju pada sasarannya, yaitu apa yang disebut sebagai kenyataan atau kebenaran. Sasaran yang tidak pernah akan habis dipikir dan tidak akan pernah selesai diterangkan, sedemikian rupa sehingga menjadi sangat penting kehadirannya dalam mencari kenyataan dan kebenaran dalam ilmu, dan itu memang tugasnya. Ilmu merupakan bagian dari ilmu pengetahuan, tidak bebas dari nilai kebenaran, kegunaan dan manfaatnya sesuai dengan visi dan orientasinya, cepat atau lambat ilmu akan menyentuh nilai kemanusiaan melalui obyeknya, maka aktualisasi dan aplikasi filsafat ilmu mutlak dibutuhkan dalam upaya mencari dan menentukan arti dan makna kebenaran ilmiah. Misalnya, dalam islam dinyatakan bahwa diutusnya Muhammad Rasulullah semata-mata menyempurnakan akhlak mulia, begitu juga limu yang bersumber dari manusia menurut watak alami/fithrahnya, sarat dengan nilai-nilai moral. Disinilah letak kebenaran yang bersifat koherensif dan idealis. Dengan demikian ilmu dalam aliran ini harus yang berorientasi pada nilai-nilai kemanusiaan sebagaimana pandangan Phenomenologi. Kebenaran dalam aliran Positivisme dan Utilitarianisme terwujud jika ilmu memberi justifikasi terhadap setiap produk ilmu dari lembaga yang berwenang dan tidak terikat/terlepas dari nilai moral. Kebenaran disini adalah kebenaran korespondensif dan pragmatis sebagai ciri dari positivisme dan utilitarianisme yang bersifat obyektif dan faktual. Dalam tahap ini kebenaran ilmiah dalam aliran ilmu ini apabila bersifat konkrit, akurat, abstrak, dan manfaat yang mengantarkan manusia menuju dan meraih kemajuan dalam hidupnya. Akibatnya, segala hal yang bersifat inmateriil seperti moral bahkan agama, tidak menjadi landasan kebenaran dan kemanfaatan. Disinilah urgensi filsafat ilmu mutlak diperlukan sebagai landasan agar tidak mengarah pada hedonistik yang merusak tatanan hidup dan nilai kemanusiaan. Kebenaran ilmiah dalam ilmu mempunyai arti dan makna bahwa ilmu banyak dipengaruhi dan ditentukan oleh policy penguasa, untuk itu seharusnya policy penguasa ______________ 72 Lasiyo dan Yuwono, P. 34 73 Poedjawijatno, P. 138 mampu melindungi semua kepentingan masyarakat dan berusaha memuaskan atau menserasikan konflik kepentingan yang tumpang tindih sehingga terjamin kehidupan manusia dan kehadiran ilmu menjadi sebuah kedamaian. Kesimpulan Dari uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut 1. Bahwa kebenaran – dalam studi ilmiah – dapat dipandang beragam, yaitu; 1 Kebenaran yang berkaitan dengan kualitas pengetahuan, kebenaran ini bersifat subjektis, relatif, absolut-intersubjektif dan kebenaran yang bersifat dogmatif/absolut, 2 Kebenaran yang dikaitkan dengan sifat sifat/karakteristik dari berbagai cara atau dengan cara penginderaan atau ratio, intuisi atau dengan keyakinan. Kebenaran ini harus dibuktikan sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan tadi yaitu apabila seseorang membangunnya melalui indera, maka ia membuktikan kebenaran itu harus melalui indera pula, tidak bisa dengan yang lainnya, 3 Kebenaran yang dikaitkan atas ketergantungan, artinya nilai kebenaran itu amat tergantung pada subyek dan obyek yang memiliki pengetahuan itu. Maka filsafat ilmu sebagai refleksi filsafat yang tidak pernah berhenti mencari dan menemukan kebenaran ilmu, sangat penting dijadikan sebagai landasan untuk memperoleh kebenaran dalam ilmu. 2. Ilmu pengetahuan ilmiah beda dengan pengetahuan biasa. Sebab ilmu pengetahuan ilmiah merupakan hasil dari serangkaian kegiatan yang memang berkualifikasi ilmiah, menyangkut keharusan adanya metode ilmiah, objektif, universal tanpa pamrih dan harus berguna atau dapat dimanfaatkan. Sedemikian rupa sehingga ilmu pengetahuan itu harus didekati melalui pendekatan dari sudut pandang ontologi, epistemologi dan aksiologi agar di peroleh pemahaman yang benar dalam hubungannya dengan keutuhan fungsi multi-disipliner sebagai sasaran filsafat ilmu. 3. Peran filsafat ilmu sebagai kontrol terhadap ilmu akan lebih memberi arti dan makna kebenaran ilmiah yang dikandungnya dalam menghadapi zaman modern sekarang ini yang kian mengikis nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai tersebut harus ditelaah secara filsafati, tidak hanya terbatas yang faktawi yang khusus tetapi juga yang non faktawi bahkan lebih umum, yang penelusurannya melalui proses pemikiran yang sangat mendalam. 4. Ilmu pengetahuan akan selalu berkembang sesuai dengan kompleksitas kebutuhan manusia. Dalam perkembangannya tidak dapat dipisahkan dari dataran filsafati agar tidak melaju secara liar tanpa terkendali. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this SoebagioMas Soebagio, Dasar-Dasar Filsafat, Yogyakarta Liberty, 1985, p. 5Reformasi Filsafat Pendidikan IslamDosen Filsafat Ilmu Fakultas FilsafatP Koento WibisonoFilsafat Ilmu Dalam IslamDalam Chabib ThahaDosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM, P. 103-104, 14 Koento Wibisono, Filsafat Ilmu dalam Islam, dalam Chabib Thaha, "Reformasi Filsafat Pendidikan Islam", Semarang Pustaka Pelajar, 1996, P. 11 15 Koento Wibisono, Beberapa Hal Tentang Filsafat Ilmu, Sebuah Sketsa Umum Sebagai Pengantar Untuk Memahami Hakekat Ilmu dan Kemungkinan pemahaman-nya, Pidato Ilmiah, Yogyakarta, IKIP PGRI, 1988Correspondence Theory White dalam bukunya 42 menyebut teori ini sebagai teori yang paling tua tradisionalTeori KorespondensiTeori Korespondensi Correspondence Theory White dalam bukunya 42 menyebut teori ini sebagai teori yang paling tua tradisional.P. 35 47 Endang Saifuddin Anshari, P. 24 48 C. Verhaak dan Haryono Iman, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Telaah Atas Cara Kerja Ilmu-ilmu, Jakarta Gramedia, 1989, P. 122-123 49 Harun HadiwijonoHardono HadiEpistemologi Filsafat Pengetahuan46 Hardono Hadi, Epistemologi Filsafat Pengetahuan, Yogyakarta Kanisius, 1997, P. 35 47 Endang Saifuddin Anshari, P. 24 48 C. Verhaak dan Haryono Iman, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Telaah Atas Cara Kerja Ilmu-ilmu, Jakarta Gramedia, 1989, P. 122-123 49 Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 2, Yogyakarta Kanisius, 1995, P. 32 50 Kattsoff, P. 187 51 Jujun S. Suriasumantri, P. 57 52 Endang Saifuddin Anshari, P. 26 53 Kattsoff, P. 18759 55 Lihat Patrick, P. 20 56 Chalmers, What is this thing Called ScientedJujun S Suriasumantri______________ 54 Jujun S. Suriasumantri, P. 59 55 Lihat Patrick, P. 20 56 Chalmers, What is this thing Called Sciented, Australia University of Queenslan Press, 1982, The Science of Value Wetenschap en I eranwoordelijkheid, alih bahasa K. Bertens dengan judul " Ilmu Pengetahuan dan tanggung jawab kitaJ ArchieG M BahmVan MelsenArchie J. Bahm, "What is Science?" dalam bukunya, Axiology The Science of Value, New Mexico World Book, Al-Bequerque, 1980,14-49 atau Reprented, P. 1-36 58 Van Melsen, Wetenschap en I eranwoordelijkheid, alih bahasa K. Bertens dengan judul " Ilmu Pengetahuan dan tanggung jawab kita" Jakarta Gramedia 1992, P. 65-67 59 Lasiyo dan Yuwono, Pengantar Ilmu Filsafat, Yogyakarta Liberty, 1985, P. 35Drost dengan judul "susunan Ilmu PengetahuanC A Van PeursenDe Opbouw Van De Wetenschab______________ 60 Van Peursen, De Opbouw van de Wetenschab, alih bahasa J. Drost dengan judul "susunan Ilmu Pengetahuan", Jakarta Gramedia, 1993, P. 79-80 61 Lasiyo dan Yuwono, P. 34 62 Poedjawijatno, Pembimbing ke Arah Filsafat, Jakarta Pembangunan, 1980, P. 94 63 Lasiyo dan Yuwono, P. 34 64 Koento Wibisono, P. 37-38Dasar-Dasr Filsafat HukumSoejono SoekantoLili RosyidiSoejono Soekanto, dalam Lili Rosyidi, Dasar-Dasr Filsafat Hukum, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1993, P. 42 66 Koento Wibisono, P. 39Reformasi Filsafat Pendidikan IslamKoento WibisonoFilsafat IlmuIslamDalam Chabib ThahaKoento Wibisono, Filsafat Ilmu dalam Islam, dalam Chabib Thaha, "Reformasi Filsafat Pendidikan Islam", Semarang Pustaka Pelajar, 1996, P. 11

Penelitianmerupakan usaha untuk menemukan dan membuktikan rasa ingin tahu, jadi penelitian adalah upaya (kegiatan) membangun ilmu, yang dilakukan tidak semena-mena, melainkan dengan melalui prosedur- Jenis-Jenis Penelitian 1. Penelitian Kualitatif2. Penelitian Kuantitatif3. Penelitian Eksperimen4. Penelitian Deskriptif5. Penelitian Campuran6. Penelitian Empiris Sebelum membahas mengenai jenis-jenis penelitian, lebih dahulu akan dijelaskan secara singkat mengenai pengertian dari penelitian. Secara etimologi atau secara bahasa, penelitian berarti mencari fakta-fakta baru dan kemudian dikembangkan menjadi suatu teori yang kemudian dibuat untuk memperdalam dan memperluas ilmu tertentu. Penelitian yang dilakukan dengan proses yang kurang tepat maka hasilnya juga tidak akan bisa dipertanggungjawabkan. Oleh sebab itu, ciri-ciri dari penelitian biasanya bersifat ilmiah, berkesinambungan dari peneliti terdahulu ke peneliti baru, memberi kontribusi atau nilai tambah, dan penelitian memiliki sifat analitis. Mau menulis buku ajar tapi takut salah? Jadikan panduan ini pedoman dan Anda bisa mulai menulis buku ajar sekarang dengan benar!EBOOK GRATIS! Panduan Menulis Buku Ajar Versi Cepat Paham Jenis-Jenis Penelitian Setelah memahami pengertian, proses, dan juga ciri-ciri dari berbagai jenis penelitian secara umum, kini kita akan mempelajari tentang jenis-jenis penelitian. Secara umum, jenis-jenis penelitian dibagi menjadi 2 jenis yaitu penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. Berdasarkan metodenya, penelitian dibagi menjadi 6 jenis, diantaranya penelitian kualitatif, penelitian kuantitatif, penelitian eksperimen, penelitian deskriptif. 1. Penelitian Kualitatif Penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis yang mendalam. Proses dan makna yang ditonjolkan dalam penelitian kualitatif ini memiliki landasan teori yang dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Jenis penelitian ini melibatkan peneliti di dalam peristiwa atau situasi yang sedang diteliti. Oleh sebab itu, diperlukan kedalaman analisis oleh peneliti ketika melakukan riset dan proses menemukan hasil penelitian. Karena secara umum, penelitian kualitatif ini nantinya bertujuan memeroleh data utama dari wawancara dan observasi. Penelitian kualitatif merupakan filsafat postpositivisme, di mana peneliti akan meneliti suatu kondisi objek yang alamiah dan peneliti menjadi instrumen kuncinya. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian kualitatif dilakukan secara triangulasi atau gabungan dan analisis datanya bersifat induktif atau kualitatif. Penelitian kualitatif juga masih dibagi menjadi 5 jenis penelitian, yaitu fenomenologi, penelitian grounded theory, penelitian etnografi. Ini detail dan penjelasan lengkapnya! a. Fenomenologi. Penelitian fenomenologi ini artinya peneliti yang melakukan penelitian akan melakukan pengumpulan data melalui observasi partisipan untuk dapat mengetahui fenomena esensial partisipan apa yang ada di dalam hidupnya atau sepanjang pengalaman hidupnya. b. Penelitian Grounded Theory. Jenis penelitian selanjutnya adalah penelitian grounded theory yang mana peneliti dapat menggeneralisasi apa saja yang ia amati atau ia analisis secara induktif. Teori abstrak mengenai proses, tindakan, atau interaksi dapat dilakukan dan didapat berdasarkan pandangan partisipan yang diteliti. c. Penelitian Etnografi. Di dalam jenis-jenis penelitian etnografi, peneliti akan melakukan studi terhadap budaya suatu kelompok dalam kondisi yang alamiah dan dilakukan melalui proses observasi dan atau wawancara. d. Penelitian Studi Kasus. Penelitian studi kasus akan mengenal lebih dalam atau memahami secara mendalam mengenai alasan suatu fenomena atau kasus tersebut bisa terjadi. Kemudian dari situ akan dikembangkan menjadi riset selanjutnya. Jenis penelitian ini nantinya akan dijadikan bahan untuk menguji hipotesis. e. Penelitian Narrative Research. Pada penelitian ini, peneliti akan melakukan sebuah studi terhadap seseorang individu atau lebih untuk dapat mendapatkan data mengenai sejarah perjalanan kehidupannya yang kemudian disusun menjadi laporan naratif yang kronologis. Biasanya, penelitian ini mengangkat pola mengenai bagaimana situasi atau kondisi tersebut bisa terjadi dan bagaimana upaya untuk menjaga atau memperbaiki situasi yang terjadi tersebut dengan data yang valid dan disusun secara ilmiah. Baca Juga Pengertian Purposive Sampling Jenis-Jenis Instrumen Penelitian Cara Membuat Kerangka Berpikir Cara Membuat Hipotesis Penelitian 2. Penelitian Kuantitatif Jenis-jenis penelitian yang selanjutnya adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian yang merupakan investasi sistematis mengenai sebuah fenomena atau situasi dengan mengumpulkan data yang dapat diukur menggunakan teknik statistik, matematika, atau komputasi. Pada jenis-jenis penelitian kuantitatif, peneliti memiliki tujuan untuk mengembangkan dan menggunakan berbagai model sistematis, berbagai teori, dan hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam yang sedang terjadi. Pada intinya, penelitian kuantitatif merupakan suatu proses pengukuran. Proses pengukuran yang dilakukan dapat memberikan hubungan antara pengamatan empiris dan ekspresi matematis dari adanya hubungan-hubungan kuantitatif. Biasanya penelitian kuantitatif ini digunakan dan diterapkan baik dalam ilmu alam maupun ilmu fisika. Berbeda dengan penelitian kualitatif yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, penelitian kuantitatif ini berlandaskan filsafat positivisme yang dipakai untuk meneliti sekumpulan populasi atau sampel tertentu. Pengumpulan data yang dilakukan biasanya menggunakan alat ukur atau instrumen penelitian dan analisis data yang bersifat kuantitatif atau statistik. Tujuan dilakukannya jenis-jenis penelitian kuantitatif ini adalah agar peneliti dapat menguji dan membuktikan hipotesis yang telah dibuat atau ditetapkan. Sama halnya seperti penelitian kualitatif, penelitian kuantitatif juga dibagi menjadi beberapa jenis-jenis penelitian, yaitu metode survei dan metode eksperimen. a. Metode Survei. Penelitian kuantitatif ini menggunakan metode penelitian survei yang artinya metode penelitian kuantitatif yang digunakan untuk mendapatkan suatu data yang terjadi, baik pada masa lampau atau saat ini mengenai keyakinan, pendapat, karakteristik, dan hubungan variabel yang dapat digunakan untuk menguji beberapa hipotesis. Biasanya, hipotesis yang diuji bisa berupa variabel sosiologis dan atau psikologis dari sampel yang diambil dari populasi pengumpulan data yang digunakan melalui pengamatan yang diambil dari wawancara atau kuesioner dan dari hasil penelitian yang cenderung digeneralisasikan. b. Metode Eksperimen. Jenis-jenis penelitian di dalam penelitian kuantitatif selanjutnya adalah metode eksperimen. Di dalam metode eksperimen, metode penelitian kuantitatif yang digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel independen yang berupa treatment atau perlakuan terhadap hasil atau variabel dependen dan kondisi yang tak terkendalikan. Agar kondisi hasil atau variabel dependen dapat dikendalikan, maka di dalam penelitian eksperimen bisa menggunakan kelompok kontrol. Salah satu cara yang sering dilakukan pada metode eksperimen ini adalah melakukan penelitian di laboratorium. 3. Penelitian Eksperimen Penelitian eksperimen adalah suatu kegiatan pengumpulan data, pengolahan data, analisis, dan penyajian yang dilakukan dengan metode percobaan yang bersistem dan terencana untuk membuktikan kebenaran suatu teori dan lain sebagainya. Tujuan dilakukannya penelitian eksperimen ini adalah untuk mengetahui sebab-akibat yang tercipta antarvariabel. Pada proses penelitian eksperimen, peneliti akan meneliti mengenai bagaimana pengaruh suatu perlakuan terhadap sebuah variabel dan kemudian akan dibandingkan dengan variabel yang lain dengan perlakuan yang berbeda. Ada empat faktor utama di dalam penelitian eksperimen, yaitu hipotesis, variabel independen, variabel dependen, dan subjek. Sementara itu, hipotesis di dalam penelitian eksperimen merupakan keputusan pertama yang ditetapkan oleh peneliti yang sudah diuji. Kemudian berdasarkan hipotesis itu, selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan variabel independen dan variabel dependen serta menentukan subjek yang digunakan untuk penelitian. Penelitian eksperimen yang mungkin dilakukan, misalnya penelitian yang dilakukan pada bidang pendidikan yang biasanya memiliki tujuan menilai sesuatu atau membuktikan mengenai pengaruh metode pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa dengan metode baru, dibandingkan dengan metode tradisional. Baca Juga Cara Membuat Tinjauan Pustaka Apa itu Snowball Sampling? Cara Membuat Angket Penelitian Langkah-Langkah Validitas Data 4. Penelitian Deskriptif Jenis-jenis penelitian selanjutnya yakni penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif dilakukan menggunakan metode penelitian yang dalam proses pengumpulan datanya memungkinkan peneliti untuk dapat menghasilkan deskripsi mengenai fenomena sosial yang diteliti. Selanjutnya, melalui data deskriptif yang didapat, peneliti dapat mengidentifikasi bagaimana fenomena tersebut terjadi. Tujuan utama dilakukannya jenis-jenis penelitian deskriptif ini sebenarnya ada tiga, yang pertama adalah mendeskripsikan, kemudian menjelaskan, dan memvalidasi data atau temuan dari penelitian. Meskipun di dalam penelitian deskriptif ini memungkinkan untuk melibatkan berbagai variabel, tetapi hanya ada satu variabel yang digunakan untuk menjelaskan masalah. Ciri-ciri penelitian deskriptif ini di antaranya adalah memiliki metode penelitian yang berupa mendeskripsikan suatu variabel, memiliki hubungan sebab-akibat, hasil penelitiannya disajikan sesuai data, kemudian data tersebut dapat dikumpulkan pada periode tertentu, dan penelitian memiliki wilayah yang fleksibel atau bisa dilakukan di manapun. Sementara itu, jenis-jenis penelitian deskriptif ini memiliki kriteria tersendiri yang membedakan dengan jenis-jenis penelitian yang lain. Kriteria penelitian deskriptif diantaranya Jenis masalah yang dirumuskan harus layak. Tujuan dilakukannya penelitian tidak boleh terlalu luas, harus benar-benar terfokus. Data yang disajikan di dalam penelitian merupakan data berdasarkan fakta yang diambil melalui referensi atau hasil observasi. Jenis-jenis penelitian deskriptif ini harus memiliki pembanding untuk melakukan validasi data. Tempat dan waktu dilakukannya penelitian deskriptif harus jelas. Hasil penelitian pada penelitian deskriptif harus dijelaskan dan disajikan secara mendetail dan harus disajikan dalam gambaran mengenai objek penelitian. Contoh yang biasa dilakukan pada penelitian deskriptif ini misalnya, pada penelitian mengenai bagaimana motivasi perilaku membuat insta stories di Instagram. Di dalam penelitian ini, peneliti bisa merancang berbagai variabel, tetapi hanya satu variabel saja yang digunakan untuk melakukan penelitian, yaitu mengenai motivasi. 5. Penelitian Campuran Penelitian campuran menggunakan dua jenis penelitian. Jenis penelitian yang biasanya digunakan adalah penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. Kedua penelitian tersebut digunakan di dalam satu penelitian. Penggunaan dua jenis penelitian ini dianggap akan mendapatkan hasil pemahaman yang lebih lengkap dan mendetail mengenai sebuah masalah yang akan diteliti oleh peneliti. Jenis penelitian ini juga biasanya melibatkan berbagai asumsi filosofis, asumsi mengenai aplikasi pendekatan-pendekatan kualitatif dan kuantitatif, serta pencampuran kedua pendekatan tersebut. Tercampurnya pendekatan atau penelitian kualitatif dan kuantitatif di dalam satu penelitian akan menjadi lebih kompleks daripada hanya sekadar mengumpulkan suatu data, karena kemudian, hasil analisis akan mengumpulkan dan menganalisis dua jenis data. Dilakukannya penelitian campuran yang mengolaborasikan antara penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif ini berfungsi untuk mengeksplorasi pandangan partisipan melalui penelitian kualitatif yang kemudian digunakan untuk menganalisis suatu sampel yang luas dengan penelitian kuantitatif. Biasanya langkah pertama yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Setelah melakukan penelitian kuantitatif, akan didapatkan data seputar interpersonal difficulties. Selanjutnya dilanjutkan dengan langkah kedua yang menggunakan jenis penelitian kualitatif untuk dapat memberi validasi mengenai penelitian kuantitatif yang dilakukan. Langkah atau fase terakhir yang dilakukan pada penelitian campuran ini adalah kembali menggunakan penelitian kuantitatif agar dapat memberikan pengembangan hipotesis bagi penelitian kualitatif lebih lanjut. Penelitian campuran atau yang juga disebut penelitian gabungan atau mixed methods ini pada dasarnya terdiri atas penggabungan, perpaduan, hubungan, dan kelekatan dari kedua penelitian yang digunakan. Penelitian ini jika dilihat dari sejarahnya sudah mulai dikenal sejak tahun 1950-an ketika Campbell dan Fiske menggunakan metode multimethods. Alasan dilakukan jenis penelitian campuran ini diantaranya Untuk dapat lebih memahami berbagai masalah penelitian dengan mentriangulasi data kuantitatif yang berupa angka-angka dan data kualitatif yang berupa perincian-perincian deskriptif. Jenis penelitian campuran atau penelitian gabungan ini dilakukan untuk mengeksplorasi suatu pandangan partisipan secara kualitatif dan kemudian dapat dianalisis kembali berdasarkan sampel yang luas yakni secara kuantitatif Agar hasil yang didapatkan kompleks, maka untuk memeroleh hasil-hasil statistik yang kuantitatif dalam suatu sampel diperlukan tindak lanjut dengan melakukan metode wawancara atau melakukan observasi terhadap sejumlah individu agar dapat membantu menjelaskan lebih jauh mengenai hasil statistik yang sudah diperoleh. Terakhir, dilakukannya penelitian campuran atau penelitian gabungan ini guna untuk mengungkap berbagai kecenderungan dan hak-hak dari suatu kelompok atau individu-individu yang tertindas. Sementara itu, tujuan keseluruhan penelitian campuran atau penelitian gabungan yang terdapat pada jenis-jenis penelitian ini adalah meneliti secara keseluruhan mengenai informasi yang meliputi berbagai unsur penelitian, baik kualitatif dan kuantitatif dan ada alasan rasional mengapa dilakukan penelitian campuran seperti yang sudah dijelaskan di atas. Untuk membedakan jenis-jenis penelitian campuran dengan jenis-jenis penelitian yang lain, maka diperlukan karakteristik atau ciri-ciri seperti di bawah ini. Peneliti harus mengungkapkan atau memberi kerangka dan alasan yang jelas mengapa memilih desain penelitian campuran atau penelitian gabungan. Metode penelitian menggabungkan antara penelitian kualitatif dan kuantitatif sehingga datanya disajikan berupa data numerik dan data berupa teks atau kata-kata dan gambar. Penentuan prioritas pada penelitian ini tergantung pada tujuan penelitian yang akan dilakukan. Penggunaan jenis-jenis penelitian di dalam jenis-jenis penelitian campuran ini memungkinkan adanya data pengurutan di dalam penggunaan kedua jenis data. 6. Penelitian Empiris Jenis penelitian yang terakhir adalah penelitian empiris. Penelitian empiris merupakan metode penelitian atau pengumpulan data yang dilakukan dengan proses logis untuk dapat mendapatkan jawaban dari pertanyaan atau masalah yang diajukan. Pengertian empiris sendiri merupakan suatu istilah dalam filsafat untuk menjelaskan mengenai pengalaman atau sumber pengetahuan. Artinya, penelitian empiris yaitu jenis penelitian yang pengumpulan datanya diambil dari data-data lapangan sebagai sumber data utama, seperti hasil wawancara dan juga hasil observasi. Penelitian empiris ini digunakan untuk menganalisis perilaku masyarakat yang berpola dalam kehidupan sosial masyarakat yang selalu berinteraksi dan berhubungan dengan masyarakat. Selain itu, penelitian empiris ini juga digunakan untuk mengamati hasil dari perilaku manusia yang berupa peninggalan baik peninggalan fisik maupun arsip. Penelitian empiris ini juga biasanya menjelaskan tentang sebuah penelitian hukum yang berfungsi dalam melihat hukum sebagai arti yang nyata dan meneliti cara kerja di lingkungan masyarakat. Biasanya, jenis penelitian empiris ini berkaitan dengan kehidupan masyarakat secara dalam. Sehingga tak heran jika banyak orang menyebutnya sebagai hukum sosiologis. Penelitian empiris ini juga biasanya diambil dari berbagai fakta yang ada di masyarakat, badan pemerintah, dan di instansi lainnya. Untuk mengumpulkan data pada jenis penelitian empiris, bisa dilakukan dengan tiga teknik yang bisa dilakukan sendiri-sendiri maupun dilakukan bersamaan sekaligus. Ketiga teknik pengumpulan data yang bisa dilakukan adalah melalui wawancara, angket atau kuesioner, atau observasi. Artikel Terkait 11 Jenis Laporan Penelitian Jenis-Jenis Angket 10 Contoh Karya Ilmiah Sistematika Makalah Langkah Penulisan Proposal Penelitian Jenis-Jenis Karya Ilmiah
PengertianPenelitian Verifikasi, Ciri, Macam, Cara Menulis, dan Contohnya. Secara umum dapat diartikan bahwa evaluasi merupakan ulasan terkait suatu produk, layanan, atau sistem memenuhi persyaratan peraturan, spesifikasi, atau yang diberlakukan sesuai dengan rencana yang dijalankan. Sehingga riset ini seringkali dilakukan melalui proses internal.
ï»żKompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. UPAYA MANUSIA MENCARI SUATU KEBENARANUpaya manusia dalam mencari sebuah kebenaran dan menemukan inovasi kian hari kian berkembang. dari penalaran sederhana hingga dengan berbagai metode penelitian termasuk dalam upaya manusia mencari kebenaran akan suatu fenomena. sebelum mencari kebenaran dengan rasa ingin tahu yang kita miliki, kita menengok terlebih dahulu definisi dan sifat kebenaran. kebenaran sendiri memiliki sifat relatif yang mengakibatkan suatu kebenaran tidak dapat bertahan selamanya, pada masanya akan muncul kebenaran yang baru yang lebih sesuai dengan kebenaran terdahulu. jika pembaca bingung akan definisi diatas, maka kita simak contoh dari kebenaran yang memiliki sifat relatif berikut Jauh sebelum ditemukanya teleskop observer dan wahana antariksa moderen, peradaban memandang dan memutuskan bahwa bumi adalah pusat alam semesta, hingga Nicolaus Copernicus membuat terobosan melalui teorema Heliosentrisme dan menemukan bahwa pusat alam semesta adalah matahari, saat ini kita semua mengetahui bahwa pusat alam semesta bukanlah matahari, sebab matahari juga mengalami revolusi dan berputar mengelilingi galaksi bersama dengan objek antariksa yang contoh diatas kita mengetahui bahwa kebenarn dari sutu temuan akan terbantahkan dan diperbarui oleh kebenaran baru yang lebih relevan. Lain halnya dalam ilmu sosial dan psikologi, kebenaran akan sebuah temuan akan lebih relatif, sebab fenomena sosial yang terjadi disebabkan oleh banyak faktor, misalnya budaya, nilai - nilai value bahkan perkembangan MENEMUKAN KEBENARANKebenaran dapat kita kaji dan temukan melalui dua cara yakni, nalar sehat dan metode ilmu pengetahuan. Melalui nalar sehat kita dapat mengonstruksikan suatu fenomena dengan logika, kita bisa melakuaknya melalui asosiasi dan proses belajar, misalnya kita melihat fenomena bahwa peserta didik yang memiliki motivasi tinggi juga berpotensi untuk berprestasi, kita bisa men logikakan bahwa hubungan antara motivasi dan prestasi adalah hubungan yang sini saja kita tidak bisa membuat hipotesis Praduga tentang fenomena motivasi yang berkaitan dengan prestasi peserta didik, namun paparan kita masih pada tahap analogi sederhana dan belum dapat diklarifikasi kebenaranya, sebab itu, kita bisa mencari kebenaran lebih komprehensif melalu metode penelitian ilmu pengetahuan. Ilmu pengethuan Dikembangkan melalui struktur-struktur teori dan diuji konsistensi internalnya melalui metode pendekatan yang lebih sistematis dengan menguji fenomena melalui uji empiris disertai catatan penulisan yang dapat METODOLOGIDalam pelaksanaan tugas dan pencapaian tujuan apapun, manusia memerlukan cara atau jalan metode yang tepat dan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan pencarian kebenaran suatu fenomena. Dunia penelitian dan penulisan pun memerlukan sarana atau alat bantu sebagai jalan untuk mencapai tuntutan akademik. Metode penelitian dan penulisan ilmiah akan menentukan hasil kerja peneliti atau penulis Chang, 2014PENELITIAN TANPA MENGGUNAKAN METODESebuah penelitian metodologi yang terencana matang umumnya akanmemboroskan banyak waktu, pikiran, tenaga dan perhatian, tidak memiliki sasaran yang pasti dan cara kerja yang sistematis, sulit mencapai target karya Dr. William Chang 2014. Metodologi Penulisan Ilmiah. Penerbit Erlangga. Lihat Humaniora Selengkapnya
Penelitianadalah suatu cara untuk memahami sesuatu melalui penyelidikan atau asaha mencari bukti-bukti yang muncul sehubungan dengan masalah itu, yang dilakukan secara hati-hati sekali sehingga diperoleh pemecahannya. Penelitian merupakan sebuah metode untuk menemukan kebenaran yang juga merupakn sebuah pemikiran kritis (critical thinking).
Daftar isiPengertian Laporan InvestigasiCiri-ciri Laporan InvestigasiStruktur Laporan InvestigasiContoh Laporan InvestigasiSetelah tadi membahas tentang Jurnalisme Investigasi, sekarang kami akan menjelaskan tentang Laporan pengertian dari Laporan Investigasi? Dan bagaimana cirinya?Pengertian Secara UmumInvestigasi adalah Upaya penelitian, penyelidikan, pengusutan, pencarian, pemeriksaan dan pengumpulan data, informasi, dan temuan lainnya untuk mengetahui/membuktikan kebenaran atau bahkan kesalahan sebuah fakta yang kemudian menyajikan kesimpulan atas rangkaian temuan dan susunan menurut para ahliPengertian dari beberapa pakar dan praktisi, investigasi. atau liputan investigasi dirumuskan seperti di bawah iniSheila Coronel“ Laporan Investigasi adalah membongkar dokumen kemudian mengubah kebijakan publik”Newsday“Memberitakan sesuatu disembunyikan seseorang ”Charnley“Liputan jurnalistik yang dalam dan menyajikan persoalan-persoalan publik atau yang menj adi perhatian publik ”Ciri-ciri Laporan InvestigasiRiset dan reportase yang mendalam serta berjangka waktu panjang untuk membuktikan hipotesis yang wawancara yang mendalam dengan pihak yang berkaitan dengan yang digunakan yaitu metode penyelidikan seperti pihak berwenang. Contohnya dengan melakukan penyamaran atau menggunakan kamera Laporan InvestigasiUntuk menghasilkan laporan yang terperinci, harus melakukan pengamatan, wawancara, dan melengkapi informasi dari berbagai sumber agar diperoleh data yang lengkap. Secara umum struktur teks laporan investigasi adalah sebagai laporan investgasi adalah kepala laporan atau sesuatu yang digunakan untuk menandai laporan investigasi. Judul laporan investigasi merupakan unsur yang memiliki peran penting, tetapi bukan merupakan masalah pokok atau ide laporan. Judul tidak harus ditetapkan sebelum menulis laporan, tetapi dapat ditentukan setelah laporan investigasi dan bahanAlat atau perkakas adalah benda yang digunakan dalam pembuatan teks laporan investigasi. Informasi UmumMerupakan informasi yang bersifat umum dari obyek dari data yang dikumpulkanFakta adalah hal atau peristiwa yang benar-benar terjadi nyata keberadaannya. Sedangkan data adalah catatan atas kumpulan adalah pernyataan berisi fakta, pendapat, alasan pendukung mengenai tanggapan suatu objek investigasi. Kesimpulan merupakan pendapat akhir dari suatu uraian berupa investigasi. Dalam Bahasa Indonesia kesimpulan bisa berupa rangkaian kalimat kalimat fakta yang di beri Laporan InvestigasiJudulBagaimana Jagung Berkembang Biak?Alat dan BahanBuku, Alat tulis, dan Buku Referensi atau lainnyaStruktur teksKalimatPenjelasanUmumJagung merupakan salah satu tanaman yang dijadikan bahan makanan pokok di berbagai tempat, juga di Indonesia. Contohnya, penduduk Pulau Madura menjadikan jagung sebagai makanan pokoknya. Jagung merupakan salah satu tanaman penghasil karbohidrat yang sangat diperlukan oleh petani jagung, memulai pembiakan tanamannya dengan menanam biji jagung. Setelah tiga sampai empat hari bakal tanaman akan muncul di permukaan tanah. Tanaman jagung akan terus tumbuh menjadi besar. Tiga hingga tiga setengah bulan, buah jagung dapat dipanen oleh petani. Buah jagung yang berbentuk seperti tongkol pada mulanya berupa sekuntum jagung memiliki helai-helai rambut halus pada bagian ujungnya. Pada helai rambut tersebut terdapat tepung sari. Tepung sari akan terbang terbawa angin, ketika angin bertiup. Tepung sari yang terbawa angin, sebagian akan jatuh di kepala putik yang terletak di bagian bawah bunga pada pohon jagung yang lain. Ketika itulah terjadi jagung tersebut terus berkembang hingga menjadi buah jagung. Perkembangan itulah yang dapat diamati dari waktu ke waktu. Buah jagung akan siap dipanen ketika rambut jagung sudah berwarna kecokelatan dan bagian tongkolnya sudah mengering. Apabila buah jagung tersebut dikupas akan memperlihatkan biji jagung yang kekuningan. Bagian yang dimakan oleh manusia adalah biji jagung selalu tersedia sebagai bahan makanan manusia, maka petani jagung harus menanam kembali sebagian biji jagung dari hasil panen. Biji jagung yang tua dapat ditanam kembali. Dari sinilah akan dimulai lagi perkembangbiakan jagung. Tags bahasa indonesia, laporan investigasi bFV1.
  • s4omqo1ttq.pages.dev/84
  • s4omqo1ttq.pages.dev/323
  • s4omqo1ttq.pages.dev/245
  • s4omqo1ttq.pages.dev/246
  • s4omqo1ttq.pages.dev/324
  • s4omqo1ttq.pages.dev/375
  • s4omqo1ttq.pages.dev/115
  • s4omqo1ttq.pages.dev/147
  • s4omqo1ttq.pages.dev/322
  • hasil penelitian merupakan upaya untuk membuktikan kebenaran